Ingin Jadi Penulis Kreatif ?

Foto : Stockpic/Pixabay

Anda ingin jadi seorang penulis kreatif? Kuasai banyak ilmu. Miliki rasa peka terhadap kejadian alam semesta sekecil dan sesederhana apa pun. Perbanyak bacaan untuk meluaskan wawasan Anda yang berguna bagi kehidupan banyak orang.

Tulislah bukan apa yang disenangi, tapi, juga hal-hal yang layak diketahui banyak orang dan dipetik manfaatnya. Hindari untuk menulis yang tidak ada manfaatnya. Minimal, mampu membangkitkan semangat orang menuju pencerahan hidup dan kebijaksanaan.

Dengan membaca sebuah tulisan, orang bisa mengambil nilai positif yang terkandung dalam bacaan itu.

Menulislah yang mudah dipahami para pembaca untuk mengambil saripatinya. Sehingga dengan akal sehat dan kesadaran mereka mampu berpikir jernih untuk memilah memilih yang baik dan benar. Sekaligus, untuk menjauhi hal yang buruk, salah, dan jahat.

Sekiranya ada perbedaan pandangan, hendaknya dimusyawarahkan demi kebaikan bersama.

Membangun relasi sehat dengan banyak orang itu penting bagi orang yang ingin jadi penulis kreatif. Makin banyak relasi makin banyak informasi pula yang kita peroleh.

Penulis yang menutup diri bisa dipastikan hanya memiliki penggemar khusus dan banyak karyanya yang sulit dipahami. Sehingga hanya populer di kalangan tertentu, jangkauan misi karyanya lebih sempit, dan cenderung egois.

Jika Anda ingin menjadi penulis kreatif dan karya Anda digemari oleh banyak orang (lebih luas jangkauannya) jangan terpaku pada satu genre saja. Misalnya, Anda penulis cerpen, kalau memang Anda juga bisa menulis yang lain, tulis saja.

Saya bisa menulis hampir 200 lebih judul buku, karena apa pun yang sekiranya berguna saya tulis saja.

Di bidang sastra, saya tidak peduli dengan aliran sastra tertentu. Semua saya pelajari dan saya coba dengan baik. Saya tidak takut dengan penilaian orang mana pun. Saya selaku terbuka dengan kritik dan saran yang membangun untuk meningkatkan hasil tulisan saya.

Mengapa apa-apa saya tulis? Karena saya seorang penulis. “Sekiranya sepatu ini pas, pakailah; jika tidak ya jangan,” (pepatah Belanda). Dengan menulis lintas bidang di berbagai disiplin ilmu misi kepenulisan saya bisa menjangkau banyak orang (pembaca). Selain itu, jika seorang penulis hanya terpaku pada satu jenis bidang saja selain jenuh, akan makan apa?

Seprofesional apa pun di bidang tertentu, seorang penulis juga butuh makan.  Bagi saya, menulis selain sebagai hoby yang bisa digunakan untuk mencapai kepuasan dan ketenangan batin, juga sebagai sarana untuk mencari rezeki dalam rangka menjaga kesehatan jiwa raga dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Di bidang apa pun yang saya mampu, saya akan menulis dan berbagi dengan tulus ikhlas. Maksud saya bukan menginginkan orang lain seperti saya, tapi paling tidak bisa membuka wawasan bagi seorang penulis, bahwa lahan kepenulisan itu sangat lebar luas, tinggi dan dalam.

Saya banyak menulis yang sederhana, utamanya mudah dipahami oleh pembaca. Saya tidak banyak menulis yang memerlukan multi tafsir. Dalam hati saya terlintas angan-angan jangan sampai pembaca yang membaca karya tulisan saya menjadi bingung apalagi tersesat.

Kata-kata yang tersusun indah apa gunanya jika membingungkan orang? Keindahan itu perlu, tetapi sajikanlah dalam bentuk tulisan yang mudah untuk dimengerti.

Hal-hal yang sederhana termasuk di dalamnya peristiwa kehidupan dan alam semesta yang terjadi sehari-hari biasanya luput dari pengamatan banyak orang. Semakin sederhana pola pikir seseorang, saya pikir kepada orang tersebut akan lebih mudah untuk mencapai ketenangan hidup (lahir-batin, jiwa-raga), tidak banyak beban dalam hidup ini dan ini suatu keindahan yang tidak boleh dilewatkan.

Dalam kesadarannya, seorang penulis kreatif, mimpi pun bisa menjadi bahan tulisannya. Namun demikian seumumnya para penulis itu banyak memberikan bumbu-bumbu cerita dari bahan cerita yang diperolehnya. Karena terlalu banyak bumbu akan menjadi tidak karu-karuan rasanya. Bumbui secara pas saja. Jangan melampaui bahannya. Tulis “apa adanya” jangan “ada apanya.” Namun demikian jangan sampai mengabaikan etika dan tatakrama.

Tulisan yang kurang sopan dan hanya memenuhi selera pembaca sering saya katakan sebagai “melacurkan diri pada selera rendah pembaca”. Ini baik sekali untuk diingat karena kejujuran tidak harus mengatakan hal-hal yang sifatnya tidak sopan. Jika perlu, buang saja, tidak apa-apa. Ini bukan berarti mengurangi apa adanya, tapi lebih dari bagaimana seharusnya.

Para pembaca semakin hari kian cerdas. Mereka tahu hal yang sebenarnya dan hal yang sifatnya hanya penunjang. Utamakan isi dari tulisan bukan saja bahasa tulisan. Bahasa yang muluk-muluk tapi tipis isi, bombastis saja. Tulisan yang padat, singkat berbobot, dan berisi itu semestinya yang harus jadi perhatian, khusus selain keterangan yang mesti ditambahkan untuk menghindari kesalahpahaman. Jika perlu berikan catatan kaki, kamus kecil dan sumbernya, jika kita mengadopsi tulisan tertentu, sekalipun hanya tema dan jalan ceritanya. Itu lebih menarik dan membangun setiap kejujuran kita bersama.
Semoga bermanfaat.

/ Kopen, 16 September 2022

Shirley, Ketika Penulis Nyaris ‘Mati’ Mencari Inspirasi

Avatar photo

About Y.P.B. Wiratmoko

Lahir di Ngawi, 5 April 1962. Purna PNS ( Guru< Dalang wayang Kulit, Seniman, Penyair, Komponis, penulis serta penulis cerita rakyat, artikel dan buku. Telah menulis 200 judul buku lintas bidang, termasuk sastra dan filsafat. Sekarang tinggal di dusun kecil pinggir hutan jati, RT 021, RW 03, Dusun Jatirejo, Desa Patalan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur