Jokowi membawa Ganjar dan Prabowo kemana-mana sebagai sinyal capres 2024
Joko Widodo ( Jokowi) itu petugas partai. Begitu juga Gibran Rakabuming Raka. Petugas, mestinya nurut apa kata pimpinan partai. Petugas harus siap setia disuruh apapun juga sepanjang untuk kepentingan partai.
Istilah petugas partai sering keluar dari ucapan Megawati, Ketua Umum PDI-P, yang ditujukan kepada Joko Widodo. Ucapan sebagai petugas partai yang ditujukan secara terbuka kepada seseorang di muka umum kurang elok. Terlebih ucapan itu ditujukan kepada seorang Presiden yang masih menjabat.
Jokowi Effect
Perlakuan pimpinan tertinggi PDI-P itu tentu melukai seorang Jokowi, namun Jokowi memilih diam, tersenyum, meski hatinya teriris. Semua orang bisa merasakan perasaan seperti ini. Jokowi, mungkin menunggu waktu yang tepat.
Ketika isu Presiden 3 kali – oleh Amien Rais dan Adian Napitupulu- Jokowi menolak sebab itu melanggar aturan. Jika Amien Rais sekedar memancing kekeliruan Jokowi, Adian yang merupakan orang PDI-P biasanya punya agenda tersembunyi.
Namun Jokowi menolak dan mengatakan jika itu dilakukan, seperti menampar mukanya sendiri. Gagallah Amien dan Adian “ menjerumuskan” Jokowi. Tapi, isu yang berkembang di masyarakat ( baca: netizen) Jokowi rakus berkuasa hingga perlu 3 kali !
Ketika pemilu 2024 sejak dini sudah mulai hangat, Jokowi membawa Ganjar Pranowo dan Prabowo ke berbagai tempat secara terbuka. Ini sinyal bahwa Jokowi mendukung kedua orang ini sebagai capres. PDI-P dengan gencar menentang Ganjar Pranowo yang dianggap sering kampanye atas namanya sendiri. Puan Maharani, Putri Megawati tampak selalu mengucilkan Ganjar Pranowo sebagai “ petugas” partai sekaligus sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Namun Jokowi effect tak bisa dibantah. Berbagai elemen masyarakat mendukung Ganjar Pranowo yang dianggap lebih bersih dibanding calon lain, meski tidak bersih-bersih amat, dan Prabowo.
PDI-P takluk pada Jokowi effect dan mulai mendaulat Ganjar sebagai Capres dan Mahmud MD sebagai cawapres PDI-P pintar mencari pasangan dan Ini merupakan kekuatan luar biasa dengan masuknya orang yang dibutuhkan Indonesia – Mahmud MD yang seharusnya menjadi Capres dan ganjar menjadi Cawapresd, pilihan PDI-P.
Manuver Jokowi
Jokowi, membuat manuver dan memainkan papan caturnya ( meski ini hal aneh yang dilakukan seorang Jokowi yang saya kenal selama ini). Ia memasukkan Kaesang ke PSI dan ujug-ujug ( BACA: Tiba-tiba) Kaesang menjadi Ketua PSI menggantikan Grace Natalie yang lebih cantik dan cerdas. Bidak lain dimainkan, Gibran menjadi Cawapres Prabowo, dengan cara yang aneh pula, yakni mengakali aturan Pemilu di Mahkamah Konstitusi ( MK). Setelah para bidak dijalankan, Jokowi mulai menjauhi PDI-P. Artinya, Jokowi dan Gibran sebagai petugas partai PDI-P telah mbalelo atau tak lagi setia kepada PDI-P.
Apa yang dilakukan PDI-P ? Mestinya, partai Banteng itu bisa saja dengan mudah memecat Jokowi dan Gibran, yang sudah menyeberang ke partai lain, tapi tidak dilakukan. Mengapa ?
Ada dua hal.
Pertama, jika pemecatan itu dilakukan sekarang, maka PDI-P bisa hancur. Orang menganggap Jokowi dan Gibran sebagai korban kesewenang-wenangan PDI-P atau Megawati. Mereka tak mau kehilangan suara yang biasanya diberikan pada korban politik atau kesewenang-wenangan atau mereka yang memainkan playing victim. Partai ini tidak memecat keduanya, malah membuat penilian bahwa PDI-P profesional dan tidak emosional yang biasanya dilakukan Megawati dengan nada nyinyir. Mereka membiarkan Jokowi dan Gibran bersimpati partai lain dengan agenda tersembunyi. Jika sudah waktunya, Gibran akan dihabisi dan digembosi suaranya.
Yang kedua – ini yang masih perlu data empirik dan bocoran data kelas A1.
PDI-P akan membiarkan Ganjar-Mahmud MD maju satu putaran setelah menaklukkan Mantan Gubernur DKI-Amien dan berhadap-hadapan dengan Prabowo-Gibran. Ini jalan mudah bagi PDI-P menyodorkan Mahmud untuk menaklukkan Prabowo-Gibran yang dari sisi pemerintahan masih mentah. Tapi jangan lupa. Jokowi menempatkan Kaesang di PSI sebagai leverage atau pendongkel suara,
Jadi, tak usah heran, partai Banteng membiarkan petugas partainya menyeleweng. Ada agenda tersembunyi yang kelak dimainkan jika sudah waktunya.