Semoga Kali Ini Sahabatku Tersenyum

Herman Widjaja

Seide – Saat Ramadhan dua tahun lalu saya dan dua orang teman ngabuburit di Taman Kencana Bogor. Di situ terdapat sebuah kafe yang kami suka. Tempatnya resik, dikelilingi pepohonan, terutama di sisi barat yang berada di bibir tebing, di bawahnya terdapat permukiman. Sesekali ada grup musik akustik yang menghibur pengunjung. Mungkin karena itulah kafe tersebut selalu ramai, terutama oleh anak-anak muda. 

Ketika kami datang sore itu, kafe sudah penuh. Mobil-mobil parkir berjajar di pinggir jalan. Yang datang ke kafe bukan cuma anak-anak muda, tetapi juga keluarga-keluarga yang ingin berbuka puasa. 

Kami lalu duduk-duduk di pinggir taman yang banyak pedagang keliling. Ada penjual bakso, soto mie bogor, es buah, sate ayam, es cincau, tutut (siput) rebus, siomai dan lain-lain. 

Menjelang maghrib saya dan seorang teman memesan sate ayam dan es cincau. Namun teman yang satu lagi tidak memesan apa-apa. Sampai kami habis makan, dia belum makan atau minum apapun. 

“Kenapa tidak memesan makanan Kang?”

tanya saya. 

“Ah nanti saja!” katanya santai. 

Teman yang makan bersama saya lalu memberitahu, “Dia Syiah. Biasanya baru buka puasa kalau hari sudah gelap!” 

Saya tidak bertanya lagi. Setelah gelap, kami sudah selesai makan, dia baru berbuka puasa. Supaya dia tidak merasa sendiri, saya memesan tutut buat ngemil. 

Syiah adalah salah satu mahzab dalam agama Islam. Di dunia, negara dengan penganut Syiah terbesar adalah Iran. Sedangkan negara-negara lainnya di Timur Tengah penduduknya mayoritas penganut Islam Sunni. Cuma Israel yang mayoritas penduduknya beragama (disebut juga bangsa) Yahudi. 

Karena persoalan sejarah agama, Syiah dan Sunni tidak akur. Iran dan negara-negara tetangganya seperti Arab Saudi masih perang dingin dan perang proxy di Yaman. Iran yang sendirian terus melebarkan pengaruhnya di negara-negara lain di Timur Tengah. 

Sejak kejatuhan Irak dan pemberontakan di Suriah, pengaruh Iran makin kuat di kedua negara itu. Banyak milisi dukungan Iran bahkan militer Iran yang bermain di kedua negara yang tengah babak belur itu. 

Dari Suriah pula Iran memasok kebutuhan militer Hezbollah yang menjadi “negara dalam negara” di Lebanon. 

Iran juga mendukung habis kelompok Houthi di Yaman yang berperang dengan Arab Saudi sampai hari ini. Meskipun terus digempur habis-habisan sehingga banyak rakyat sipil menjadi korban — lebih mengerikan daripada korban gempuran Israel di Gaza — Houthi masih terus melawan. Houthi bahkan beberapa kali menyerang Arab Saudi dengan rudal dan drone. Ladang minyak Aramco di Arab Saudi sampai terbakar hebat karena serangan drone Houti yang dipasok dari Iran, pada 16 September 2019. 

Saudi Arabia adalah eksportir minyak terbesar di dunia. Serangan Houthi Yaman mengurangi 5,7 juta barel per hari (bph) produksi minyak mentah Saudi atau lebih dari 5% dari pasokan dunia. 

Dalam perang Israel – Hamas terbaru, Iran berada di belakang Hamas. Itulah yang membuat Hamas kali ini lebih kuat dan memiliki roket yang sangat banyak untuk menyerang Israel. 

Dukungan terhadap Hamas di Indonesia juga sangat besar, walau pun baru berupa pernyataan politik dari pemerintah dan suara-suara masyarakat, termasuk upaya penggalangan dana yang akan disalurkan ke Gaza. Masyarakat juga tidak peduli Iran yang Shiah menjadi pendukung terbesar Hamas. Teman saya yang lain — penganut Syiah juga — terkesan begitu bersemangat mendukung Hamas dalam berperang dengan Israel. 

Saya melihat eforia yang ditunjukannya adalah sebagai bentuk katarsis dari orang yang selama ini merasa tertekan sebagai “minoritas”. Kita tahu tekanan terhadap penganut Syiah di Indonesia juga tidak kecil. Itu pernah dikatakan oleh teman saya yang sama-sama berbuka puasa di Taman Kencana. 

Saya berharap, teman yang selalu mengucapkan Selamat Natal kepada saya setiap tahun, dan saya balas mengucapkan Selamat Idul Fitri kepadanya setiap tahun, kali ini bisa tersenyum. Bukan saja karena dukungan terhadap Hamas yang dibantu Iran demikian besar di Indonesia, tetapi karena telah terjadi gencatan senjata (ceasfire) antara Israel dan Hamas yang diinisiasi oleh Mesir. 

Kita sama-sama berdoa semoga terjadi perdamaian di Timur Tengah, dan bangsa ini juga menjadi adem, menjadi lebih produktif. 

Avatar photo

About Herman Wijaya

Wartawan, Penulis, Fotografer, Videografer