TREND DAN KEDEWASAAN

Ini sering terjadi, dan sudah berlangsung lama, sejak facebook mulai popular di Indonesia. Kadang, kalau saya menulis suatu status, bere Fitzerald Kennedy Sitorus memberi komentar agak panjang, berisi pemikiran filosofis dengan bahasa sehari-hari. Sering, komentar itu menurut menarik dan lebih penting dari statusnya, sehingga saya posting.

Nah, itu terjadi lagi dengan status saya “Menggoreng Tanaman”. Tulisan santai mengenai berapa sering masyarakat kita dilanda demam trend tak jelas, ikan louhan, anthurium, batu akik, aglonema, dan entah apa lagi. Bere Fritz menulis komentar, yang menurut saya justru memberi pemahaman filosofis terhadap fenomena itu. Coba simak:

Fitzerald Kennedy Sitorus:

Tulisan menarik Tulang. Masyarakat yang masih suka demam-demaman begitu, yang dengan gampang ikut-ikutan terhadap apa yang lagi mode atau musim adalah masyarakat yang belum dewasa. Masyarakat yang sudah dewasa, memiliki karakter atau kepribadian yang jelas tentu tidak akan ikut-ikutan seperti itu.

Ini seperti anak-anak atau remaja: kesukaannya ditentukan oleh apa yang lagi musim. Bukan dia yang menentukan apa yang disukainya, melainkan lingkungannya, apa yang sedang mode di lingkungannya. Orang yang sudah dewasa (dari segi kepribadian tentu) dapat menentukan sendiri apa yang disukainya; bukan linkungannya yang menentukan apa yang akan disukainya.

Tentu tidak semua orang yang menyukai batu akik atau ikan louhan dan tanaman-tanaman lain itu dapat disebut tidak dewasa. Sebab ada juga orang yang tetap suka ikan louhan, suka batu akik dan lain-lain itu sekalipun moden ikan louhan dan batu akik sudah berlalu. Orang seperti ini dapat dikatakan sudah dewasa.

Saya juga heran Tulang, kegandrungan masyarakat kita ini terhadap sesuatu yang lagi mode: drama korea, lalu tanam-tanaman berbagai jenis, dan sekarang naik sepeda. Ini semua adalah mode yang sebentar lagi pasti berlalu dan digantikan oleh entah mode apa lagi.

Masyarakat kita itu seperti kerbau dicucuk hidung dalam berhadapan dengan apa yang lagi mode. Kelihatan tidak punya pendirian, sikap atau pandangan yang mantap. Mungkin karakter masyarakat seperti inilah yang juga menjadi lahan subur bagi hoax. Masyarakat yang tidak punya pendirian, tidak mampu menentukan sikap sendiri, tentu sangat mudah dipengaruhi, diarah-arahkan, percaya dan menerima sesuatu, sebagaimana terlihat dari fenomena hoax itu.

Jadi fenomena hoax dan mode-modean yang disebut Tulang dalam tulisan di atas tampaknya sejalan: mereka tumbuh subur dalam masyarakat yang belum dewasa, yang belum mampu berpikir sendiri.

Tentu ini tidak hendak menyalahkan dan menghakimi siapa-siapa. Ini hanya usaha untuk memahami masyarakat kita. Ya, memang, sebagai sebuah masyarakat, kita masih berada di level kepribadian anak-anak atau remaja yang labil… Horas, Tulang.

…..

Itu pendapat santai seorang doktor filsafat yang lucu, karena masih membaca dan mau mengomentari status di facebook. Tapi, seperti kata orang, tak penting tulisan siapa, yang penting apakah tulisan itu berguna… memberi makna. Bukankah….?

Avatar photo

About Nestor Rico Tambun

Jurnalis, Penulis, LSM Edukasi Dasar. Karya : Remaja Remaja, Remaja Mandiri, Si Doel Anak Sekolahan, Longa Tinggal di Toba