Jarak tembok penduduk dan tembok Depo Plumpang, terlalu dekat untuk terhindari dari bahaya kecelakaan dan kebakaran. Pemberi IMB yang tidak memperhitungkan itu, layak bertanggungjawab.
Pada suatu ketika, Plumpang adalah sebuah rawa di Jalan Inspeksi Kali Sunter, Kavling 45-46 Kelapa Gading Barat, Kelurahan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tak ada mahluk yang tinggal di sana. Karena letaknya jauh dari penduduk, maka disulaplah rawa ini menjadi Depo Plumpang pada 1972 dan beroperasi mulai 1974.
Terminal BBM ini penting di Indonesia sebab memiliki kapasitas tangki timbun sebesar 291,889 kiloliter. Berbagai produk minyak dihasilkan dari sini. Produk-produk Premium, Bio Solar, Dexlite, Pertamax, Pertalite maupun Pertamax Turbo, disalurkan melalui Terminal Automation System ( TAS) kelas dunia atau yang biasda disebut New Gantry System ke kompartmen 249 unit mobil tangki.
Dari situs Pertamina kita bisa tahu bahwa Depo Plumpang ini berdasar Global Tank Storage, Terminal BBM ini dapat mensuplai 20% kebutuhan BBM harian di Indonesia atau total 25% keseluruhan kebutuhan SPBU Pertamina.
Tahun 2018, Terminal BBM Plumbang ini masuk daftar nominasi 7th Most Effecient Storage Terminal pada Global Tank Storage Award, sejajar dengan Terminal BBM sejumlah negara seperti Saudi AramCo Terminal, Vesta Terminal Antwerp , Belgia dan IL&FS Prime Terminal ( UAE).
Kampung, kota dan negara selalu berubah dan manusia bergerak, warga mulai bermukim di sebelah Terminal BBM Plumpang. Karena dibiarkan, mereka menganggap tinggal di sana boleh, sehingga tak terasa, Terminal BBM Plumpang sudah dikepung penduduk yang mencari keberuntungan dengan menempati lahan kosong. Tak peduli tembok rumah warga menempel dengan tembol pembatas depo, yang di bawahnya terdapat lautan minyak yang suatu hari bisa bermasalah.
Pada 18 Januari, tahun 2009, kebakaran hebat terjadi di Depo Pertamina Plumpang. Penyebab kebakaran konon berasal dari gesekan antara slot ukur dan alat pengambil sampel bahan bakar minyak (BBM), yang mengakibatkan percikan api menyambar bensin tangki nomor 24.
Akibat kebakaran, seorang petugas keamanan meninggal. Kerugian Pertamina Rp 17 miliar. Usai kejadian, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta PT Pertamina (Persero) menjaga standar keamanan dan keselamatan di kilang minyak. Termasuk membebaskan lahan sekitar Depo. Pemerintah dan Pertamina sepakat mengadakan zona penyangga dengan jarak 50 Meter antara Depo dan pemukiman, namun hasilnya tak jelas, hingga kebakaran Depo Pertamina Plumbang kembali terjadi pada Jumat, 3 Maret 2023 kemarin,
Puluhan nyawa melayang dan korban berjatuhan. Kebakaran mencapai 1,5 ha yang menghabiskan hampir seluruh rumah warga yang bermukim di sana.
Usai kebakaran, muncul debat berkepanjangan tentang siapa yang disalahkan. Yang jelas, 5 gubernur tak mampu menyelesaikan persoalan Depo Plumpang dan pendudukan waraga di lahan itu; Fauzi Bowo (2007-2012), Joko Widodo (2012-2014) , Basuki TP (2014-2017) , Djarot S (2017-2017) , dan Anies B (2017-2022). Kini Gubernut DKI yang baru, Heru B kena getah Plumpang.
Ahok pernah mengingatkan agar Depo Plumpang tak dihuni, sebab rawan kecelakaan. Namun Anies justru melawan Ahok. Kepada warga Plumbang yang tak memiliki kejelasan hunian, Anies melihat peluang memanfaatkan waraga ini. Pak Gubernur akan memberi izin membantun dengan catatan mereka memilih Anies sebagai gubernur DKI. Saat Anies menang memanfaatkan isue agama melawan Ahok, Anies menjadi Gubernur dan seluruh warga Depo Plumpang menuntut janji Anies. Warga diberi IMB. Di sinilah tragedi berawal.
Saat Gubernur lain membiarkan dan ambigu mengenai status warga, Anies memperjelas status mereka di Plumpang. Apakah Anies tidak tahu bahwa tinggal di tempat berbahaya itu bisa mencelakakan ? Ia tak mungkin peduli. Apapun bisa dikorbankan demi ambisinya jadi penguasa.
Kini, saat hawa politik kian panas, semua pihak merasa perlu bicara atas nama Plumpang dan itu artinya ada tawar-menawar. Mereka tidak mencari kebenaran. Mereka sedang mencari panggung.
Meski Depo Plumpang sudah ada sebelum warga menempati Depo Plumbang, problemnya, banyak warga sudah memperoleh IMB dari Gubernur sebelumnya. Mereka sah secara perundang-udangan. Jika pun mereka diusir, pemerintah akan capai menghadapi berbagai tantangan. Mencari pembenaran dan kebenaran tidak berhenti pada uang-undang, melainkan betapa gaduhnya para politisi kita, dan mereka yang memiliki uang, mengatur semua hal salah menjadi benar. Mereka malah rela memojokkan negara demi populaaritas mereka dan membela penyerobot tanah yang didukung manan Gubernur Anies yang melegalkan para penyerobot tanah di Depo Plumpang ini.
Yang terbaik, memang mengalah, meski di pihak yang benar.l Depo Pertamina pindah entah kemana, dan biarkan warga tinggal di bekas rawa itu. Pertamina punya uang banyak. Tidak sulit mencari lahan baru yang lebih sepi dan aman. Daripada capai menghadapi dengungan di masyarakat yang tidak perlu. Namanya juga pemerintah. Ya mesti mengalah. Itulah salahnya membiarkan.
Itulah nasib Plumpang pada suatu ketika…..
Kebakaran Depo Plumpang, Dirut Pertamina Minta Maaf
Ketika Ahok Ingin Merelokasi Warga Plumpang ke Rusun
Kebakaran Besar di Depo Pertamina Plumpang Jakarta
Erick Thohir Akan Pindahkan Depo BBM ke Pelindo. Ide Brilian?