Sebuah tayangan live disiarkan televisi berita, stasiun yang dianggap paling kredibel, paling cepat, dibanding saluran televisi lain.
“Selamat pagi pemirsa. Sekitar pukul 10.00 pagi ini, sebuah ledakan terjadi di lantai lima Gedung Annex Kepolisian Daerah. Belum diketahui apa penyebabnya…!” kata penyiar.
Hasief mendengus. Berita pencitraan! Itulah salah satu alasan mengapa masyarakat tidak percaya lagi kepada media mainstream, kata Hasief membatin.
“Pemirsa, Tim peliput kami saat ini sudah berada di tempat kejadian perkara. Sesaat lagi kita akan segera bergabung dengan para reporter kami di sana. Tetaplah di “TiviKu” saluran televisi dari Musarar Incorporation Group…!” kata speakerine, yang di layar televisi tertulis bernama Leila Setiawan, sebelum wajahnya hilang terganti tayangan iklan.
Iklan pariwara di “TiviKu” itu antara lain menayangkan profil perusahaan Musarar Incorporation yang menampilkan pelbagai produk dan layanan yang mereka miliki dan sediakan. Mula-mula muncul iklan suratkabar harian “KoranKu”. Lalu mingguan berita “NewsKu”. Lalu jaringan radio yang memiliki perwakilan di setiap ibukota provinsi dan kabupaten kota “RadioKu”. Lalu saluran televisi digital dan terestrial “TiviKu” yang ditayangkan secara nasional. Lalu lembaga pendidikan terpadu dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas, “TamanKu”, “SekolahKu” “SMPKu” “SMAKu” “UniversitasKu” “AkademiKu,” dan lembaga pendidikan bahasa asing “BahasaKu”.
Kemudian muncul perusahan industri perbankan dan jasa keuangan offline dan online, “BankKu” “AsuransiKu” “KreditKu” “KartuKu” “TunaiKu” “DebitKu”. Lalu department store dan jaringan toko online, “GayaHidupKu” “TokoKu.” Lalu produk telepon genggam, tablet, laptop, dan desktop “PhoneKu”, “TabletKu” “LaptopKu” “TabKu.” Berikut operator telepon “Telkomku” “OperatorKu.” Kemudian jaringan “HotelKu” “ApartemenKu” “ResortKu” “Bermainku”. Lalu jaringan penerbangan “PesawatKu” dan pelayaran “KapalKu.” Kemudian perusahaan transportasi dan ekspedisi darat laut udara, “BusKu” “ArmadaKu” “KeretaKu” “TangkiKu” “EkspedisiKu.”
Aplikasi telepon genggam “TubeKu” “PesanKu” “TemanKu” “MobilKu” “AntarKu” “OjekKu” “TraveloKu” “CuitKu” “JaringKu” “AmubaKu” “SambungKu” “PetaKu” “TemuKu” “HubKu” “KantorKu” “DokumenKu” “VideoKu” “TayangKu” “MainKu” “HiburanKu.” Tak ketinggalan jaringan industri musik “MusikKu,” rumah produksi “FilmKu,” “SinetronKu” “KuisKu” manajemen pertunjukan “PanggungKu”, balai sidang dan pameran “MICEKu”. Serta perusahaan properti dan pengembang perumahan “RumahKu” dan “PerumahanKu” di seluruh pelosok tanah air dan di luar negeri. Serta pabrik “SemenKu”, perusahaan tambang minyak, gas, mineral, “TambangKu” perusahaan “SembakoKu,” serta barang konsumsi “PangananKu” dan lain-lain.
Dalam hatinya Hasief makin menghina keberadaan media mainstream seperti “TiviKu” itu.
Usai tayangan iklan sekitar 90 detik, pembawa berita khusus muncul kembali. Ia melanjutkan laporan yang tadi.
Di layar TiviKu tampak tayangan berupa rekaman video mulai dari minus 60 detik sampai terjadi ledakan besar dan api berkobar dengan kepulan asap hitam, di lantai lima Gedung Annex. Gambar yang tertayang tampak sangat bersih dan jelas, tanpa getaran sama sekali, dan tidak terdengar suara kepanikan dari perekamnya. Bahkan beberapa kali gambar tampak zoom in menampilkan detil yang tak mungkin terlihat mata telanjang.